Karakteristik Virus
Parvovirus resisten terhadap inaktivasi. Virus dapat tetap bersifat infeksius di tanah yang terkontaminasi feses selama lebih dari 5 bulan pada kondisi yang sesuai.[3] Desinfektan dan detergen pada umumnya gagal untuk menginaktivasi parvovirus. [3] Pada kondisi pH dan suhu yang sesuai, CPV menghemaglutinasi sel darah merah pada beberapa spesies hewan. Efek mengaglutinasi sel darah merah dapat hilang pada pasase yang berulang kali di kultur jaringan. Namun, test hemaglutinasi dapat digunakan untuk menguji keberadaan CPV dengan menggunakan spesimen berupa feses.[1]
[sunting] Gejala Klinis
Gejala klinis infeksi CPV-2 pada anak anjing yaitu diare cair atau diare berdarah, muntah secara berulang, dan anoreksia. Gejala klinis lainnya yaitu demam, kelemahan tubuh, limfopenia terutama neutropenia. Hewan juga mengalami dehidrasi, penurunan berat badan, dan rasa sakit di bagian abdominal. [4]
[sunting] Gambaran Patologi
Terdapat dua bentuk Parvovirus, yaitu tipe enteritis dan tipe miokardial. Pada tipe enteritis, sampel segar dari jejunum, limfonodus mesenterika, dan timus sangatlah penting. Sedangkan pada tipe miokardial sampel yang penting adalah miokard.[1]
[sunting] Tipe Enteritis
Infeksi parvovirus tipe enteritis, sering juga disebut Canine parvovirus enteritis, infectious hemorrhagic enteritis, epidemic gastroenteritis atau canine panleucopenia.[1] Perubahan patologi terjadi secara segmental berupa perubahan warna pada usus, kongesti dan perdarahan lapisan luar usus.[1] Limfonodus mesenterika membesar disertai perdarahan.[1] Timus pada hewan muda mengecil dan terjadi nekrosa pada bagian atas.[1] Pada kasus yang berat, timus menjadi sangat tipis.[1]
[sunting] Tipe Miokardial
Tipe miokardial umum terjadi pada anjing muda, terutama anjing berumur di bawah 4 minggu, yang ditandai dengan kematian anak anjing mendadak, tanpa menimbulkan gejala klinis diare dan muntah.[5] Gambaran patologi anatomi akibat CPV-2 pada tipe miokardial yaitu gagal jantung yang ditandai dengan dilatasi ruangan jantung, edema pulmonum, dan kongesti pasif pada hati[1]. Kadangkala terdapat ascites. Pada ventrikel dapat ditemukan garis putih akibat kematian jaringan otot jantung.[1] Ventrikel kanan biasanya mengalami kerusakan yang lebih parah).[1]
Secara patologi anatomi, anak anjing yang mati mendadak tidak menunjukkan adanya kelainan yang berarti pada jantung, tetapi edema paru-paru sering tampak mulai dari derajat yang ringan hingga parah.[5] Paru-paru sedikit mengeras, berwarna merah muda hingga abu-abu yang disertai dengan perdarahan hingga permukaaan pleura. Hati tampak agak pucat. Pada kasus yang kronis, jantung membesar dan biasanya mengandung jaringan fibrin, terutama di daerah ventrikel. Kelainan pada paru-paru terlihat adanya pneumonia interstisialis yang berarti adanya infeksi virus.[5]
[sunting] Penanganan
Tingkat keberhasilan penanganan infeksi CPV bergantung pada seberapa lama infeksi telah berlangsung. Penanganan yang umumnya dilakukan dokter hewan adalah terapi suportif cairan/ infus, suntikan anti muntah seperti metoclopramide, dolasetron, ondasetron, dan prochlorperazine, dan suntikan antibiotik seperti cefoxitin, timentin, enrofloxacin dan metronidazole. [6]
Cairan infus diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang lewat muntah dan diare, dan diberikan lewat intravena. Banyaknya cairan yang dibutuhkan disesuiakan dengan berat tubuh, penurunan berat badan yang terjadi, dan tingkat dehidrasi anjing tersebut.
[sunting] Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar